Awalnya saya diajak seorang sahabat untuk mengikuti salah satu kelas di Darmaria. Selesai kelas saya lanjut mengikuti renungan di kapel dan dalam renungan itulah saya menemukan rasa tenang dan nyaman. Dalam aktivitas sehari-hari saya berinteraksi dengan banyak orang (banyak bicara, banyak gerak) sedangkan di Darmaria sebaliknya lebih banyak mendengar dari renungan, pembinaan, dan menemukan suara Tuhan dalam keheningan. Ibarat seekor burung terbang kesana kemari, akhirnya menemukan dahan untuk diam sejenak. Keseimbangan hidup seperti inilah yang saya butuhkan. Hal lain yang menarik perhatian saya adalah keseharian di Darmaria yang menggambarkan hidup keseharian yang seimbang dalam sebuah keluarga. Ada kalanya kami berdoa, renungan, ada kalanya bernyanyi di ruang tamu bersama, ada kalanya makan bersama, rekreasi, olah raga, belajar, berbagi pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pada aktivitas keseharian bersama Tuhan sangat terasa. Keseimbangan inilah yang ingin saya bawa dan praktikkan saat studi ke luar negeri. Saat ini saya sangat mensyukuri penundaan keberangkatan saya, karena Tuhan ternyata ingin membekali saya dengan sesuatu yang berharga melalui Darmaria sebelum saya berangkat, yakni contoh nyata cara hidup seimbang yang melibatkan-Nya selalu. Terima Kasih Tuhan.