Sungguh Manusiawi, Sungguh Ilahi (XVI): Ketaatan, Membuka Hati Kita
Tetap terbuka kepada suara Allah membuka hati kita dan memampukan kita untuk menjadi, seperti Yesus, di dalam hubungan-Nya dengan Bapa-Nya dan Bapa kita.
Sungguh Manusiawi, Sungguh Ilahi (XV): Kesederhanaan, Melihat Jalan dengan Jelas
Mengetahui bahwa Tuhan senantiasa memandang kita dan hidup dalam saat kini dapat menuntun kita bertumbuh dalam kesederhanaan.
Sungguh Manusiawi, Sungguh Ilahi (XIII): Dengan Segenap Hati Kita
Keutamaan kesucian memperkuat kemampuan kita untuk memahami dan menikmati apa yang benar-benar memenuhi hati manusia; hal ini memungkinkan kita untuk menemukan Tuhan dalam segala hal.
E-Book Gratis: Mengenal Dia dan Mengenal Dirimu Sendiri
E-book kumpulan lima artikel tentang hubungan kita dengan Tuhan
Aku Telah Menyebut Kamu Sahabat (I): Apakah Allah Memiliki Teman?
Tuhan selalu mencari persahabatan dengan manusia. Dia mengajak kita untuk hidup bersama-Nya. Kelemahan manusia dan kesalahan-kesalahannya tidak akan membuat Tuhan berubah pikiran. Pelukan Allah dengan Cinta tanpa syarat akan memenuhi kita dengan cahaya dan kekuatan sehingga memberanikan kita untuk memperkenalkannya kepada orang lain.
Aku Telah Menyebut Kamu Sahabat (II): Untuk Menerangi Bumi
“Perintah baru” yang Yesus percayakan kepada kita pada akhir kehidupan-Nya di bumi menemukan dimensi baru dalam persahabatan manusia: ini adalah kerasulan yang autentik.
Aku telah Menyebut Kamu Sahabat (III) : Sebuah Timbal Balik Cinta
Membiarkan diri kita dicintai oleh orang lain adalah salah satu cara untuk membuka ruang bagi Tuhan dalam hidup kita. Yesus melakukan itu sampai saat-saat terakhirnya di bumi.
Aku Telah Menyebut Kamu Sahabat (IV): Persaudaraan dan Persahabatan
Persahabatan antar manusia yang terpanggil dalam misi yang sama memungkinkannya selalu menjadi jalan yang penuh kebahagiaan.
Renungan: Hari Minggu I Masa Adven (Tahun B)
Beberapa refleksi yang bisa direnungkan pada Masa Adven ini.
Sungguh Manusiawi, Sungguh Ilahi (XVIII): Kebebasan Batin
“Kebebasan kita bukanlah pilihan spontan yang tak bertumpu pada apa pun di luar kehendak kita sendiri. Dalam dimensi terdalamnya, kebebasan kita adalah jawaban atas Kasih yang mendahului kita.”









