Dua Negara, Tiga Pelayanan, Banyak Rasa Syukur

Baksos Hong Kong - Indonesia

Mahasiswi mengunjungi rumah orang miskin.

Baksos yang diadakan pada tanggal 23-29 Juni ini melibatkan 11 orang relawan, di mana 4 orang relawan berasal dari Hongkong dan 7 orang lainnya berasal dari Surabaya. Sesuai dengan rencana yang telah dibuat, kami akan berbagi keceriaan bersama murid- murid dari SD Inklusi Amaryllis Surabaya, beberapa penghuni panti asuhan Don Bosco, serta sesama kami yang tinggal di wilayah perkampungan Dinoyo.

Kami menghabiskan dua hari pertama dengan anak-anak dari SD Amaryllis dan kurang lebih 10 orang dari panti asuhan Don Bosco. Kami sempat berpikir bahwa akan membutuhkan banyak tenaga serta kesabaran ketika di dua hari pertama baksos ini, mengingat anak-anak yang ada di sana merupakan anak-anak yang berkebutuhan khusus dan anak-anak yatim piatu. Namun sungguh di luar perkiraan kami, mereka semua merupakan anak yang sangat manis dan tidak sulit diatur. “Di sekolah tempatku mengajar, butuh waktu sekitar 10 menit atau bahkan lebih untuk mendapatkan perhatian mereka. Tapi berbeda dengan di sini, hanya dalam waktu singkat mereka sudah duduk rapi dan manis," kata salah seorang relawan yang juga berprofesi sebagai guru.

Di hari pertama kami mengajarkan mereka beberapa kesenian, seperti face painting, membuat replika kembang api (fire cracker), dan membuat berbagai bentuk dari malam (clay). Relawan dari Hongkong juga memberikan demo masak masakan khas Hongkong, yaitu Tong Yun (semacam ronde) yang sangat enak. Gelak tawa terdengar dari seluruh ruangan SD Amaryllis, tanda bahwa anak-anak sangat senang mengikuti sesi ini. Rasa lelah yang kami rasakan jadi tidak terasa sama sekali. Untuk lebih mengakrabkan diri dengan anak-anak SD Amaryllis dan Don Bosco, kami bertamasya bersama ke Museum Loka Jala Crana dan Rumah Pintar Juanda pada hari kedua.

Pada hari ketiga dan keempat, kami berinteraksi dengan anak-anak serta keluarga di perkampungan Dinoyo. Kegiatan yang kami lakukan untuk anak-anak sama dengan yang kami lakukan di SD Amaryllis, sayangnya kami tidak sempat mengajarkan membuat replika fire cracker dan melakukan face painting. Namun untungnya, itu tidak mengurangi keceriaan anak-anak di sana. Kami mendekorasi ulang TK Swadaya, yang terletak di perkampungan tersebut, pada siang hari. Di sana kami menempelkan sticker dinding, membuat bookcorner, dan juga mengecat ulang meja di sekolah tersebut. Mengecat ulang merupakan pekerjaan yang agak sulit, kami harus menghaluskan permukaan meja, melapisi dengan plamir, setelah itu barulah kami mengecat mejanya. Walaupun memakan waktu yang banyak dan melelahkan, kami sangat senang karena meja tersebut terlihat cantik setelah dicat ulang. Setelah bekerja di TK Swadaya, kami juga mengunjungi rumah beberapa keluarga di Dinoyo untuk beramah tamah dan membagikan bingkisan bahan pokok.

Akhirnya pada hari terakhir baksos ini, kami membersihkan center Darmaria. Beberapa membersihkan peralatan yang ada di kapel, ada yang menata ulang isi lemari, dan ada juga yang membersihkan kaca serta tralis. Pintu serta jendela yang tadinya sedikit berdebu menjadi bersih dalam waktu kurang lebih satu jam, benar-benar kerjasama yang sukses!

Itulah cerita singkat mengenai baksos pada 23-29 Juni 2014. Bila disimpulkan, baksos ini memang melelahkan tapi sungguh menyenangkan untuk bekerjasama dengan satu sama lain dan berbagi keceriaan dengan sesama. Kami bersyukur diberi kesempatan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, mendapatkan pekerjaan yang baik, dan juga hidup yang layak. Namun seperti yang St. Josemaria Escriva katakan, “Singkatnya: rasa terima kasihmu harus diwujudkan dalam suatu niat yang konkret..", sehingga dengan baksos ini kita bisa mewujudkan rasa terima kasih kita. Sampai jumpa di baksos berikutnya!