Sahabat Tuhan, no. 161

Kutipan dari Sahabat Tuhan

Untuk menyembuhkan sebuah luka, pertama-tama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka itu dengan baik, termasuk area disekitarnya. Dokter bedah tahu bahwa pembersihan itu menyakitkan, tetapi dia juga tahu bahwa akan ada sakit yang lebih parah nanti jika pembersihan tidak dilakukan. Disinfektan harus segera diberikan. Tentu saja ini akan menimbulkan rasa nyeri (atau, kata orang di daerah saya berasal: rasa menusuk) dan akan menyakiti pasien. Tapi itu adalah satu-satunya cara agar luka tidak terinfeksi.

Jika jelaslah bahwa tindakan seperti itu harus diambil untuk melindungi kesehatan tubuh, meskipun mungkin hanya luka yang relatif kecil, apalagi ketika kesehatan jiwa –pusat dari kehidupan manusia- yang dipertaruhkan. Betapa lebih perlunya mencuci, memotong, mengikis, mendisinfeksi, menderita sakit! Kebijaksanaan menuntut kita untuk campur tangan dengan cara ini dan untuk tidak melarikan diri dari kewajiban ini. Karena mengesampingkan kewajiban kita itu akan berarti tidak memberi perhatian yang serius atau bahkan suatu pelanggaran berat terhadap keadilan dan keteguhan.

Dapat dipastikan bahwa seorang Kristiani yang benar-benar ingin melakukan segala sesuatu dengan jujur di hadapan Tuhan dan sesama, harus memiliki semua kebajikan, setidaknya secara potensial. Tetapi Bapa, Anda akan bertanya, bagaimana dengan kelemahan-kelemahan saya? Dan saya akan menjawab: Apakah seorang dokter yang sakit tidak akan dapat menyembuhkan orang lain, meskipun penyakitnya kronis? Akankah penyakit dokter ini akan menghalanginya untuk memberi resep pengobatan yang tepat untuk pasien lain? Tentu saja tidak. Untuk menyembuhkan orang lain, yang diperlukan adalah memiliki pengetahuan yang memadai dan menerapkannya dengan perhatian yang sama seperti yang akan dia lakukan seandainya itu adalah penyakitnya sendiri.

(Sahabat Tuhan, 161)

Terima pesan lewat email

email