“Setelah 90 Tahun, Masih Banyak yang Harus Dilakukan”

Sebuah artikel yang diterbitkan di surat kabar “The B.C. Catholic”, Vancouver, Kanada dalam peringatan 90 tahun berdirinya Opus Dei. Oleh Agnieszka Ruck, terbit di koran The B.C. Catholic.

Puncak pegunungan British Columbia (B.C.) Coastal dan pegunungan Rocky Mountains menginspirasi seniman kawakan Arnold Shives.

Pria dari Vancouver Utara ini telah mendaki dan memanjat berbagai ketinggian gunung dan keindahan alamiah telah menginspirasinya untuk mengambil kuas. “Alam adalah seperti Injil yang lain.” kata Shives. “Suatu jalan menuju Tuhan karena alam adalah karya ciptaan Nya.”

Namun ketika glasier es dan hutan mendorongnya untuk melukis, spiritualitas Santo Josemaria Escriva dan Opus Dei memotivasinya untuk melakukan yang terbaik, dan melakukannya untuk Tuhan.

“Pada pokoknya hal ini menyangkut pada suatu konsep bahwa pekerjaan kita bukanlah hanya tambahan pelengkap saja.” Kata Shives kepada B.C. Catholic. “Aktifitas harian, pekerjaan di tengah keluarga, kegiatan rekreasi, dan pekerjaan profesional kita adalah sangat penting.”

St. Escriva, sang “Santo Kehidupan Sehari-Hari,” mendirikan Opus Dei di Madrid, Spanyol, pada tahun 1928 untuk mendorong kaum awam mengejar kesucian dalam hidup sehari-hari. Kini, saat Opus Dei merayakan ulang tahun ke-90 pada tanggal 2 Oktober, para anggota di B.C merefleksikan bagaimana pendekatan St. Escriva telah merubah keluarga, pekerjaan, dan hidup mereka.

‘Pekerjaan bukanlah tambahan pelengkap (add-on)’

Shives pertama kali bertemu dengan Opus Dei oleh undangan seorang pastor, 31 tahun yang lalu, dan merasakan pendekatan Opus Dei adalah sangat mudah dijalankan.

“Apapun yang kita lakukan, kita harus melakukannya sebaik yang kita bisa. Hal ini memiliki nilai besar di mata Tuhan jika kita melakukannya sebaik mungkin dan dengan tujuan memuliakan Tuhan,” katanya.

Keluarga, pekerjaan, dan hobi adalah cara bagi orang Katolik awam untuk menuju cinta lebih dalam dan memahami Tuhan dan dunia mereka. “Saya menemukannya sebagai hal yang unik. Saya belum pernah menemukan ajaran seperti ini sebelumnya, setidaknya dalam bentuk kongkrit.”

Opus Dei berdiri dalam posisi sangat kontras terhadap kelompok Katolik lainnya yang menganjurkan pelukis pemandangan ini untuk mulai melukis para kudus dan malaikat jika ia ingin menghubungkan karya dan imannya.

Shives juga menemukan bahwa para anggota Opus Dei menjadikan Misa dan Pengakuan Dosa suatu hal yang penting, “tidak hanya merupakan tingkah laku yang baik dan takwa,” tapi juga suatu jalan yang mengakar pada iman.

Sehingga, ia mulai pergi ke rekoleksi bulanan di Paroki Immaculate Conception (Dikandung tanpa Noda) di Vancouver, dan beberapa tahun kemudian bergabung dengan sekitar 90.000 umat Katolik di seluruh dunia yang menjadi anggota Opus Dei.

Salah satu lukisan Arnold Shives tentang pegunungan Sky Pilots Mountain (Hak cipta milik Arnold Shives)

Opus Dei pertama kali tiba di Kanada pada tahun 1975 dengan kedatangan beberapa pastor dan seorang insinyur ilmu aeronautika (aeronautical engineer) dari Spanyol ke Kanada. Namun baru pada tahun 1997, Opus Dei berdiri di Vancouver, dimana sekarang mereka menjalankan aktivitas formasi, retreat, dan meditasi di dua Center untuk pria dan wanita.

Seperti halnya Shives, seorang dokter keluarga, Jonathan Yang, juga menemukan bahwa spriritualitas Opus Dei membantu dalam profesinya. “Saya melihat bahwa pekerjaan saya sebagai sesuatu yang dapat saya persembahkan kepada Tuhan. Saya mengerjakannya sebaik yang saya mampu, dan saya mencoba untuk berdoa untuk para pasien yang saya temui.”

Jonathan Yang pertama kali mulai menghadiri kegiatan Opus Dei ketika di sekolah menengah atas atas permintaan orang tuanya. Hanya ketika memulai kuliahnya di Universitas British Columbia, dia mulai mempertanyakan imannya dan memutuskan untuk memulai studi atas dasar inisiatif sendiri.

“Banyak waktu, ada tekanan untuk menjalani gaya hidup yang bertentangan dengan iman. Saya mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai iman saya pribadi. Apakah saya benar mempercayai apa yang Gereja ajarkan?”

Orang-orang muda menghadiri leadership camp Opus Dei. (Foto diserahkan)

Tidak lama, ia mulai menjadi pendatang rutin kegiatan-kegiatan Opus Dei untuk mahasiswa Universitas. Mereka mengupas berbagai topik seperti keutamaan pengendalian diri atau kerendahan hati, berbagai sakramen, dan bagaimana memiliki hidup doa.

Ajaran-ajaran tersebut masih melekat dalam dirinya hingga hari ini. “ Formasi yang saya terima melalui Opus Dei telah membantu saya bertumbuh dalam hidup spiritual saya.”

Dia menggambarkan berbagai prinsip di Opus Dei untuk ingat berdoa secara rutin, melayani istri dan dua anaknya, dan menghadapi berbagai isu etik sebagai profesional Katolik dan seorang dokter.

Opus Dei dan keluarga-keluarga

Dalam menjalankan panggilannya sebagai seorang ibu yang berkeluarga, Ida Gazzola sangat berterima-kasih kepada Opus Dei.

Seorang Ibu dengan tujuh anak berusia antara 2 dan 16 tahun, Gazzola berkata bahwa hidup dapat luar biasa sibuk, tetapi pergi ke Misa dan menyediakan waktu dalam doa adalah hal-hal yang tidak dapat dia lepaskan hanya untuk menambah waktu.

“Jika kamu berkata, ‘Saya terlalu sibuk dan saya tidak bisa pergi ke Misa,’ kamu telah menjauhkan dirimu dari sesuatu yang akan paling membantumu dalam hidup.” katanya. “Aktivitas-aktivitas yang saya lalui bersama Opus Dei, adalah hal yang sama. Itu membantu saya menjadi ibu yang lebih baik.”

Dia menghadiri rekoleksi bulanan dan menemukan waktu untuk berdoa dan bertemu umat beriman menikah lainnya telah memberinya kekuatan dan ide-ide baru mengenai bagaimana membantu anak-anaknya, suami, dan teman-temannya.

Ida Gazzola dan keluarganya di kota Whistler.

“Keterlibatanku dalam Opus Dei telah mendalam dan membentuk saya.” dia berkata. “Opus Dei sangat terikat kuat dengan Gereja Katolik. Ini bukan sesuatu yang baru, ini hanya menghidupi iman.”

Gazzola adalah seorang supernumerari, tipe yang paling umum dari keanggotaan di Opus Dei. Para supernumerari seringkali adalah mereka yang menikah, dan selagi prioritas utama mereka adalah keluarga mereka, mereka membuka diri dan bersedia melayani Opus Dei dengan menjalankan penggalangan dana, kelompok untuk anak laki-laki dan perempuan (boys and girls clubs), atau grup doa.

“Ini adalah suatu panggilan. Hal ini bukan sesuatu dimana kamu bergabung karena kau merasa menyukainya. Ini adalah sesuatu yang lebih dalam dan kudus dari itu.” kata Gazzola. Para anggota berkomitmen kepada Opus Dei seumur hidup mereka.

Anggota-anggota Opus Dei lainnya meliputi numerari, yang menjalani hidup selibat, tinggal di Center Opus Dei, dan memberikan komitmen hidupnya menjalankan program dan upaya Opus Dei. Para asisten numerari, yang juga tinggal di Center, bertugas membantu menjalankan Center dengan memasak, membersihkan rumah, dan tugas-tugas penting lainnya.

Ada pula para associate, yang telah menerima dari Tuhan suatu karunia selibat apostolik dan membantu melakukan berbagai kewajiban kerasulan di Opus Dei selama keadaannya memungkinkan. Mereka tinggal dengan keluarga mereka, atau dimanapun yang menunjang alasan profesional mereka.

Mereka yang bukan anggota tetapi berpartisipasi dalam berbagai macam kegiatan Opus Dei, disebut “kooperator.” Ini memberikan kesempatan bagi setiap orang dari berbagai jalan hidup untuk terlibat.

Muda-mudi menghadiri perkemahan kepemimpinan (leadership camp) Opus Dei.

“Kita harus menjadi jiwa-jiwa kontemplatif di tengah dunia, yang berusaha keras untuk mengubah pekerjaan kita menjadi doa,” St. Josemaria pernah berkata. “Mereka yang menikah, para lajang, pekerja, para intelektual, petani ... tepat dimana mereka berada dan harus menjadi anak-anak Tuhan yang baik.”

St. Josemaria dikanonisasi di Roma pada 6 Oktober 2002, empat hari sebelum ulang tahun ke 74 dari The Work.

90 tahun komunitas

Sembilan dekade Opus Dei adalah suatu alasan kuat untuk perayaan, menurut seorang supernumerari Francis Merin.

“Ini merupakan suatu kesempatan baik untuk mengucap syukur, bahwa St. Josemaria dapat melihat ini dan ... menyebarkan pesan kekudusan di kehidupan sehari-hari,” kata Merin, seorang manajer yunior di perusahaan industri.

“Untuk saya, hal ini merupakan kesempatan baik untuk berdoa agar saya tetap setia pada jalan yang telah Tuhan tunjukkan pada saya.”

Merin pertama kali bergabung dengan Opus Dei ketika menngerjakan skripsi mahasiswanya dan menemukan bahwa Opus Dei memberikan pancaran harapan dibalik tenggat waktu yang membuat stress dan teman-teman yang tidak memahami iman Katoliknya.

”Waktu saya di sekolah tidak pernah menjadi sia-sia. Pengorbanan dan kesulitan-kesulitan yang dialami dapat dipersembahkan untuk pertobatan orang-orang, untuk keluarga saya, untuk teman-teman saya,” dia sadari seperti itu.

“Terkadang, ketika mereka melihat saya tersenyum walau dalam kesulitan-kesulitan, merupakan kesempatan untuk merasul dan memberi-tahu mereka bahwa jalan yang saya ikuti – pekerjaan profesional saya, kehidupan keluarga saya – adalah jalan untuk menemukan Tuhan.”

Anggota-anggota Opus Dei mencakup orang tua, pelajar, dan profesional muda. (Foto diserahkan)

Sejak didirikan di tahun 1928, Opus Dei telah tersebar hingga 66 negara (paling akhir, Indonesia, Korea Selatan, dan Rumania di 2009), tetapi Josie Wichrowski berharap hal ini tidak berhenti di situ.

“90 tahun adalah suatu waktu yang lama tetapi masih banyak yang harus dilakukan.”

Para anggota Opus Dei meliputi orang tua, mahasiswa, dan profesional muda.

Para anggota Opus Dei setempat membangun pusat konferensi (conference center) di Pantai Brittania, di jalan Sea-to-Sky Highway di utara kota Vancouver. Fasilitas ini akan menawarkan berbagai kursus dalam spiritualitas, retreat, dan hal lainnya, sungguh suatu “hadiah” bagi Keuskupan Vancouver, katanya.

“Opus Dei memanggil setiap orang kepada kekudusan dimanapun kamu berada,” kata Wichrowski, yang bergabung dengan Opus Dei ketika menjadi mahasiswa sekitar 10 tahun yang lalu. “Kamu bisa ada di dalam dunia, mengerjakan persis apa yang kamu lakukan. Satu jam belajar dapat menjadi satu jam doa.”

Dia berharap melihat kelompok ini berkembang, tumbuh, dan menyebarkan pesan itu ke seluruh daerah Lower Mainland.

“Opus Dei mengajarkan panggilan universal kepada setiap orang di seluruh dunia: setiap orang dipanggil menjadi kudus dan memberikan hidupnya untuk Tuhan.”

Sumber asli di website Opus Dei www.opusdei.org berjudul “After 90 years, there’s still so much to do”

Diterjemahkan oleh Benediktus Yohan